TAHAPAN PEMBANGUNAN SISTEM E-BUSINESS

1. VISI DAN PROSPEK MEMBANGUN E-BUSINESS

Membangun sistem e-Business buka hanya mengkomputerisasi SI bisnis yang kemudian dihubungkan ke Internet. Jika pemahaman itu yang menjadi landasan dalam membangun sistem e-Business, maka niscaya sistem itu sulit untuk bertahan.

  • Adanya keinginan yang kuat dan konsisten untuk membangun hubungan langsung dengan konsumen.
  • Pembangunan Jaringan Komunitas
  • Perluasan pasar
  • Masuk era persaingan global

2. PEMBENTUKAN SISTEM E-BUSINESS

  • Mendayagunakan komputer personal, jaringan komputer dan Internet seoptimal mungkin
  • Membangun halaman web untuk jalinan komunikasi antara perusahaan dengan konsumen secara efektif dan fleksibel
  • Membangun SI e-Business yang efektif
  • Mengembangkan SI yang bersifat inter platform

3. PEMODELAN SISTEM

  • Membangun sebuah sistem yang besar dan kompleks SI e-Business, tim pembuat pembuat sistem perlu membuat model
  • Pemodelan tersebut menggambarkan aliran data yang akan di proses menjadi informasi; aliran distribusi juga akan digambarkan. Dengan demikian, arus data informasi dapat terlihat secara jelas.
  • Penggambaran pemodelan dapat menggunakan sistem flowchart atau blo diagram.

4. METODE DAUR HIDUP E-BUSINESS

  • Sebuah sistem yang kompleks secara sistematis dan terintegrasi, dibutuhkan metode-metode pembanguna sistem seperti daur hidup, prototype, dan spiral
  • Dari ketiga macam metode tersebut, metode daur hidup cocok untuk pembangunan sistem e-business, karena memiliki beberapa beberapa karakteristik yaitu proses dilakukan selangkah demi selangkah yang disertai dengan proses doumentasi yang rapi.
  • Metode daur hidup terdiri dari beberapa tahapan proses, yaitu tahap perencanaan, analisis, perancangan, penerapan, evaluasi, penggunaan, dan pemeliharaan. Pada setiap tahapan dilakukan proses pendokumentasian atas segala yang telah dilakukan atau disepakati.

1)      Tahap Perencanaan

Pembuatan system mencoba memahami permasalahan dan mengidentifikasikan secara rinci, kemudian menentukan tujuan pembobotan sistem dan mengidentifikasi kandidat.

Tahap ini sangat penting karena pada tahap ini permasalahan yang sebenarnya didefinisikan secara rinci. Tahap perencanaan meliputi :

a.       Memahami permasalahan yang muncul dan mendefinisikan secara rinci

b.      Merumuskan kasus-kasus bisnis yang ingin diselesaikan

c.       Mengestimasikan total investasi yang akan disediakan

d.      Rencana aksi yang kongkrit

Contoh: proposal proyek.

2)      Tahap Analisis

a.     Tahap ini harus dilakukan seobyektif mungki agar hasilnya tidak bias

b. Untuk menganalisa, dapat mengggunakan 6 dimensi kelayakan (Mc.Leod) yaitu kelayakan teknis, pengembalian ekonomis, pengembalian non ekonomis, hukum dan etika, operasional, jadwal

c.  Faktor lain dalam menganalisa yaitu kelayakan organisasi, memilih kelompok bisnis, kemungkinan permodalan, tingkat kopetisi produk, lingkungan operasional sistem dan sistem harga

d.     Apabila diketemukan indikasi ketidaklayakan maka cari penyebabnya selanjutnya susun langkah konkrit

3)      Tahap Perancangan

Tahap perancangan merupakan fase pemahaman kriteria kebutuhan sistem. Diharapkan lebih menuju sistem yang stabil dan flexibel. Pada tahap perancangan selain memperhatikan rekomendasi kelayakan, perlu memperhatikan beberapa hal berikut:

a.       Kebutuhan perusahaan

b.      Kebutuhan operator

c.       Kebutuhan pemakai

d.      Kebutuhan teknis

4)      Tahap Penerapan

Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengimplementasikan rancangan yang telah disusun sebelumnya agar dapat diwujudnyatakan.

Implementasi untuk prosedur di dalam teknologi komputer akan menggunakan bahasa komputer.

Untuk proses yang terdapat di luar sistem komputer, disusunlah sebuah konvensi atau perjanjian atau tata tertib, agar setiap orang yang terlibat dapat mengikuti alur yang telah ditetapkan Untuk merealisasikan sistem pada tahap penerapan ini, ditempuh beberapa metode, antara lain, penggunaan paket aplikasi, pengembangan oleh staf sendiri (insourcing), dan pengembangnan yang dilakukan dengan kerjasama dari pihak luar seperti konsultan atau software house (outsourcing).

5)      Tahap Evaluasi

Pada tahap ini, dilakukan uji coba sistem yang telah selesai disusun. Proses uji coba diperlukan untuk memastikan bahwa sistem tersebut sudah benar. Karakteristik yang ditetapkan, dan tidak ada kesalahan-kesalahan yang terkandung didalamnya. Evaluasi merupakan uji coba sistem yang berguna untuk:

a.       Memastikan sistem sudah berjalan dengan benar

b.      Memastikan sesuai karakteristik yang ditetapkan

c.       Memastikan tidak terjadi kesalahan sampai ke penelusuran dan keterlibatan data

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengevaluasi perangkat keras adalah:

a.       Kemampuan perangkat keras yang meliputi kecepatn ` proses dan distribusinya

b.  Seberapa besar biaya yang harus disediakannya untuk pengoperasian dan perawatan sistem

c.       Kompatibilitas perangkat keras terhadap sistem-sistem yang terkait

d.      Seberapa lama teknologi yang digunakan akan dapat bertahan

e.    Sejauh mana pilihan-pilihan terhadap komputer yang digunakan memperhatikan faktor-faktor ergonomic

f. Tingkat kehandalan dan sekalabilitas jaringan komputer yang dibangun sebagai infrastruktur sistem tersebut

6)      Tahap Penggunaan dan Pemeliharaan

Pada tahap ini, sistem yang telah diuji coba dan dinyatakan lolos dapat mulai digunakan untuk mengenal proses e-Business yang sesungguhnya.

Pemeliharaan sistem secara rutin dapat meliputi penataan ulang database, membackup, dan scaning virus. Sementara itu, pemeliharaa juga termasuk melakukan penyesuaian-penyesuaian untuk menjaga kemuktahiran sistem, atau pembetulan atas kesalahankesalahan yang mungkin terjadi dan belum diketahui sebelumnya.

5. FAKTOR PENYEBAB KEGAGALAN E-BUSINESS

  • Sering orang memandang SI e-Business adalah paling utama dan penting, sementara melupakan komitmen dan konsistensi terhadap materi informasi, produk dan respon layanan kepada konsumen
  • Antar-muka SI e-Business sering kurang interaktif, kurang komunikatif dan kurang mudah digunakan oleh konsumen, karena antar muka sering dibangun berdasarkan selera pembuatnya
  • Perubahan cara pandang, pola berbisnis, dan sistim dari tradisonal dan lokal menjadi moderen dan global; perusahaan dan pebisnis membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan perubahan tersebut.

6. KEBUTUHAN SISTEM E-BUSINESS

  1. Efesien dan efektif
  2. Trend masa depan
  3. Integrated dengan sistem yang lain
  4. Keamanan data
  5. Interaktif

6. MODEL BISNIS
  1. Dropship
    Dropship menjadi model bisnis yang sering dijumpai pada usaha jual-beli online. Model ini sangat bersahabat bagi para pemula karena modal yang dibutuhkan tidak besar dan minim resiko. Kamu pun tidak perlu memiliki toko fisik atau gudang karena produk akan langsung dikirimkan dari supplier ke tangan konsumen.
  2. Waralaba
    Bisnis waralaba bisa dibilang menjadi model bisnis yang paling populer sejak lama. Secara garis besar, bisnis waralaba ini menawarkan sebuah konsep dan cetak biru dari sebuah perusahaan besar yang bisa dibeli dan dijalankan oleh pembeli waralaba.
  3. Marketplace
    Di sektor teknologi, marketplace menjadi salah satu model bisnis yang cukup populer dalam beberapa tahun terakhir ini. Dalam model ini, bisnis kamu berperan sebagai tempat bertemunya antara penjual dan pembeli secara online. Target pasarnya pun bisa berbeda-beda, mulai dari B2C, B2B, sampai C2C.
  4. Model Freemium
    Penamaan model bisnis ini mengarah kepada bagaimana sebuah bisnis bisa mendapatkan pelanggan sekaligus mendulang profit di masa depan. Freemium banyak digunakan oleh para pelaku bisnis software as a service (SaaS). Secara sederhana gambarannya seperti ini, sebuah perusahaan software mengembangkan sebuah produk yang bisa diakses secara gratis oleh para penggunanya.
  5. Model Langganan
    Model bisnis ini bisa diterapkan pada bisnis tradisional maupun bisnis online seperti sekarang yang sedang marak ini. Dalam model ini, pada dasarnya para pengguna harus membayar biaya berlangganan untuk bisa dapat menggunakan layanannya. Untuk bisa menarik pelanggan, biasanya biaya berlangganan ini ditawarkan dalam beberapa paket yang menarik.
  6. Model Razor-blade
    Model bisnis ini berfokus pada strategi produk dan penerapan harganya. Nama razor blade berasal dari strategi harga yang diterapkan oleh salah satu produsen alat cukur ternama. Jika diperhatikan baik-baik, Gillette menerapkan harga alat cukur dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan silet cukur penggantinya.
  7. Model Bundling
    Bundling atau paket menjadi model bisnis lainnya yang berdasarkan strategi produk dan harga. Dalam model ini perusahaan menjual dua atau lebih produk secara bersama-sama dalam satu unit penawaran yang sama. Seringkali kombinasi produk ini dijual dengan harga yang lebih rendah dibandingkan harga yang mereka kenakan untuk masing-masing produk.
  8. Model One-for-one
    Untuk bisnis yang bergerak di kewirausahaan sosial, model bisnis ini kerap kali digunakan. Sama seperti namanya, perusahaan yang menggunakan model ini akan mendonasikan satu barang sebagai alam untuk setiap barang yang terjual. Secara tidak langsung, model ini akan menggugah dan mendorong kesadaran sosial para pembeli untuk membeli produk atau layanan mereka. Selain itu, model bisnis juga akan membuat produsen dan konsumen sama-sama terlibat dalam upaya filantropi.
  9. Model Distributor
    Distribusi menjadi aktivitas utama dari bisnis yang menjalankan model ini. Mereka tidak memproduksi barang sendiri, tapi menjadi penyalur produk untuk dijual di pasaran. Para perusahaan distributor ini menjalin kerja sama dengan perusahaan manufaktur untuk mendistribusikan produk mereka.
  10. Model Manufaktur
    Manufaktur menjadi salah satu model bisnis tradisional yang masih diminati sampai saat ini. Sederhananya, model bisnis bergerak pada usaha membuat barang mentah menjadi sebuah produk, baik produk untuk diolah kembali ataupun sebagai end product.

Komentar

Postingan Populer